Jumat, 05 Juli 2013

Labuan Bajo (main gate to Komodo Island) - Part I

LabuanBajo, wilayah pantai paling barat dari Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Siapa yang tidak tau Pulau Komodo? Ya, Labuan Bajo adalah pintu gerbang masuk ke Taman Nasional Komodo (TNK). Labuan Bajo adalah ibukota dari Manggarai Barat dan merupakan tempat persinggahan bagi para wisatawan yang ingin ke Pulau Komodo.

Dengan menggunakan pesawat Transnusa Air dari Denpasar sekitar pukul setengah delapan waktu itu, penerbangan yang memakan waktu sekitar kurang lebih 1,5 jam itu akhirnya membawa saya mendarat di Bandar Udara Komodo, Labuan Bajo.



Waktu kedatangan saya bertepatan dengan akan diumumkannya deklarasi Tujuh Keajaiban Alam Dunia oleh New 7 Wonders Foundation dari Swiss  dan Pulau Komodo termasuk salah satu nominasinya. Dengan tidak sengaja berkenalan dengan salah satu orang media yang memang kedatanganya bermaksud untuk meliput acara tersebut, maka saya ditawarkan berkesempatan untuk ikut dalam bagian di acara tersebut yang melibatkan pemerintah setempat.

Setelah tugas kantor saya selesai, maka saya menghabiskan waktu bersama tim pemerintah daerah setempat dan rekan media tersebut untuk ikut dalam rangkaian acara tersebut. Kebetulan tempat saya menginap sama dengan tempat awak media tersebut menginap.

Perjalan kami diawali dengan acara pesta rakyat bajo yang dilakukan di pantai Pede. Acara memang tidak terlalu meriah. Akan tetapi banyak sekali masyarakat yang hadir bahkan wisatawan lokal maupun internasional yang juga hadir dalam pesta rakyat ini.

TariCaci merupakan tarian tradisional penduduk Manggarai Barat dan merupakan atraksi tarian perang khas Manggarai. Tarian ini menyiratkan simbol dan makna kepahlawanan serta keperkasaan. Tarian ini dibagi menjadi dua kelompok laki-laki, masing-masing terdiri dari delapan orang yang secara bergantian mendapat kesempatan berhadapan dengan anggota kelompok lainnya. Setiap atraksi akan melibatkan seorang laki-laki dari masing-masing kelompok yang kemudian akan bertindak sebagai penyerang dan sebagai pihak yang bertahan (penangkis serangan).



Para penari caci semuanya adalah laki-laki tetapi tidak semua lelaki dapat unjuk kebolehan dan keterampilan di arena caci. Terdapat sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi diantaranya adalah tubuh atletis adalah salah satu syarat yang harus dimiliki seorang penari caci. Selain itu, penari juga harus pandai menyerang lawan dan atau bertahan dari serangan lawan, luwes dalam melakukan gerak tari, serta dapat menyanyikan lagu daerah. Hal-hal tersebut yang akan mereka lakukan selama pertunjukkan yang diringi musik gendang, gong, dan nyanyian. 

Pakaian penarinya yang khas sudah menjadi daya tarik sendiri. Penari perang tersebut mengenakan celana panjang berwarna putih dipadu dengan kain songke (sejenis songket khas Manggarai) yang dikenakan di sebatas pinggang hingga lutut. Tubuh bagian atas dibiarkan telanjang sebab tubuh tersebut adalah sasaran bagi serangan lawan. Pada bagian kepala, para penari mengenakan topeng (panggal) berbentuk seperti tanduk kerbau dan terbuat dari kulit kerbau yang keras serta dihiasi kain warna-warni. Panggal akan menutupi sebagian muka yang sebelumnya sudah dibalut dengan handuk atau destar sebagai pelindung. Tarian ini pun berjalan sepanjang hari hingga acara puncak dilaksanakan sekitar jam tujuh malam waktu setempat, yaitu Festival Seni dan Budaya se – Daratan Flores – Lembata.



Selain adanya atraksi tarian caci, di sekeliling arean tarian  terdapat sejumlah stand sederhana yang diisi oleh para pengrajin lokal yang menawarkan berbagai macam produk kerajinan asli penduduk setempat, diantaranya, kain songke, kain ikat, dan patung kayu komodo. Selain di acara ini, wisatawan juga dapat memperoleh souvenir ini di toko-toko souvenir di Labuan Bajo, khususnya di jalan Yos Sudarso.

Kami kemudian bergerak ke lapangan utama halaman kantor Bupati Manggarai Barat. Saat kami tiba, halaman sudah dipenuhi dengan sekitar 2011 penari yang merupakan kumpulan siswa SD, SMP, SMA, para penari professional setempat yang akan secara serentak mementaskan tari adat massal ‘Ndudundake’ yang akhirnya mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).



to be continued.....

1 komentar:

  1. Let's enjoy your reading...please add your comment for advice for every writing and its contents. thanks pals

    BalasHapus